Sebuah galaksi yang disebut-sebut sebagai yang terkecil dalam
ukuran dan massanya berhasil dikenali oleh suatu tim internasional yang
dipimpin oleh dua ilmuwan dari University of California di Santa Barbara, Amerika Serikat.
Para ilmuwan memanfaatkan data yang dikumpulkan oleh teleskop
antariksa Hubble milik NASA dan teleskop observatorium W.M. Keck di
Hawaii. Berukuran sekitar setengah kali dari galaksi terkecil yang biasa
diamati, dengan massa hanya sekitar sepersepuluhnya, galaksi ini 100
kali lebih ringan daripada galaksi kita Bimasakti. Penemuan ini akan
dipublikasikan dalam Astrophysical Journal terbitan 20 Desember mendatang.
“Walaupun galaksi ini berjarak lebih dari 6 miliar tahun cahaya,
citra yang didapat sangat tajam, tidak berbeda dengan citra dari
pengamatan berbasis darat dari struktur terdekat di galaksi, cluster
Virgo, yang berjarak 100 kali lebih dekat,” demikian menurut penulis
utama, Phil Marshall, postdoctoral fellow di University of California Santa Barbara (UCSB).
Penulis kedua, Tommaso Treu, asisten profesor fisika di UCSB
menjelaskan bahwa pengambilan citra galaksi ini dimungkinkan oleh fakta
bahwa galaksi yang baru ditemukan tersebut berada dibelakang sebuah
galaksi masif, menghasilkan apa yang disebut sebagai “cincin Einstein” (Einstein ring).
Distribusi materi di latar depan membelokkan berkas cahaya sedemikian
rupa seperti halnya sebuah kaca pembesar. Dengan memfokuskan berkas
sinar, efek lensa gravitasional (gravitational lens) dapat meningkatkan kecerlangan dan ukuran galaksi di latar belakang dengan faktor hingga diatas 10.
Citra ini menunjukkan citra warna komposit dari sistem lensa gravitasional, yang direkonstruksi dari data teleskop Hubble (biru dan hijau) dan Keck (merah). Cincin berwana biru adalah galaksi kecil di latar belakang, yang melebar oleh tarikan gravitasi dari lensa galaksi di latar depan, di bagian tengah pada gambar. (Gambar: Marshal & Treu/UCSB)
Treu dan kolega-koleganya di Sloan Lens ACS Survey (SLACS)
berkolaborasi dalam studi mengenai lensa gravitasional pada cincin
Einstein. Dengan memanfaatkan lensa gravitasional, berkas cahaya dari
galaksi jauh dibelokkan dalam perjalanannya menuju Bumi oleh objek masif
yang dilewati selama perjalanannya. Karena berkas cahayanya dibelokkan,
maka penampakan galaksi tersebut terdistorsi menjadi sebentuk busur
atau beberapa citra yang terpisah. Saat kedua galaksi berada pada posisi
sejajar, berkas cahaya itu membentuk pola cincin Einstein, di
sekeliling dan di latar depan galaksi bersangkutan.
Perkiraan mengenai massa dan kesimpulan mengenai jumlah bintang yang
baru terbentuk pada galaksi tersebut dimungkinkan oleh kombinasi citra
optis dan near infrared dari Teleskop Antariksa Hubble bersama
citra dengan panjang gelombang yang yang lebih besar yang diambil dengan
teleskop Keck. “Apabila galaksi ini adalah anggota dari suatu populasi,
ia mungkin merupakan salah satu materi pembentuk galaksi spiral di masa
kini, atau mungkin merupakan pendahulu dari galaksi kerdil modern,”
jelas Treu. Galaksi ini kelihatannya sangat mirip dengan galaksi
terkecil di cluster Virgo namun berada pada jarak yang sangat jauh.
Aspek kunci lainnya dalam riset ini adalah penggunaaan apa yang disebut sebagai “laser guide star adaptive optics.” Sistem adaptive optics menggunakan bintang-bintang terang dalam sebuah area pandang untuk mengukur kekaburan (blurring)
atmosfer Bumi dan mengkoreksinya dalam waktu yang bersamaan. Teknik ini
bergantung pada keberadaan bintang yang terang dalam sebuah citra, dan
dengan demikian hanya dapat diterapkan pada sebagian kecil dari langit
malam. Laser guide star adaptive optics yang dipasang pada
teleskop Keck menggunakan sinar laser berkekuatan besar untuk menyinari
lapisan atom sodium yang terdapat pada atmosfer Bumi. Citra laser
berlaku sebagai bintang buatan, yang cukup cemerlang untuk dipakai dalam
koreksi adaptive optics pada sembarang posisi di langit, sehingga menghasilkan pencitraan yang lebih tajam pada sebagian besar daerah langit. (astronomy.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar